05.

Halaman

Jumat, 15 Januari 2010

EFFORT TO CONSERVE THE CORAL REEF

USAHA PELESTARIAN TERUMBU KARANG
by : Fith Ermanto

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dan memiliki terumbu karang yang sangat luas. Diperkirakan luas terumbu karang yang ada di perairan Indonesia adalah lebih dari 60.000 Km2, yang tersebar luar dari bagian barat sampai ke perairan Kawasan Timur Indonesia. Diperkirakan sekitar dua pertiga garis pantai Indonesia yang sangat panjang itu di lindungi oleh terumbu karang.

Click here to view more
Pada umumnya ada empat macam tipe struktur terumbu karang yang umumnya dijumpai di Indonesia, yaitu terumbu karang tipe (fringing reefs), tipe karang tepi ini merupakan tipe paling umum di jumpai di perairan Indonesia. Terumbu karang penghalang (barrier reefs), salah satu terumbu karang penghalang yang terkenal di dunia terdapat di Australia (great barrier reefs). Tipe selanjutnya adalah terumbu karang cincin atau atoll (atoll), tipe seperti ini kita jumpai di Takabone Rate. Takabone Rate merupakan atoll terbesar ketiga di dunia,  Dan terakhir adalah terumbu karang takat (patch reefs).

Terumbu karang merupakan salah satu komponen yang sangat penting sebagai penunjang berbagai macam kehidupan yang dibutuhkan dalam produksi makanan, kesehatan dan berbagai aspek dari kehidupan manusia dan juga dalam pembangunan yang berkelanjutan (suistanable development). Salah satu manfaat langsung yang kita rasakan dari terumbu karang adalah melindungi pantai dari hempasan ombak, mencegah terjadinya abrasi dan mendukung terbentuknya pantai berpasir dan juga melindungi berbagai macam pelabuhan.

Namun akhir-akhir ini kebanyakan terumbu karang yang ada di Indonesia sudah mulai rusak. Ada berbagai jenis kegiatan aktifitas manusia yang merusak kelestarian terumbu karang, antara lain: penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap pukat harimau (trawl). Meskipun penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap trawl telah dilarang, namun pada prakteknya secara sembunyi-sembunyi masih terus dilaksanakan oleh nelayan.

Penangkapan ikan dengan alat tangkap trawl tidak saja merusak kelestraian terumbu karang, tetapi juga bisa merusak populasi ikan disuatu perairan, karena semua ikan akan ditangkap, padahal kebanyakan nelayan hanya membawa ikan-ikan besar, sedangkan ikan yang berukuran kecil dibiarkan begitu saja. Kebanyakan dari nelayan yang menggunakan alat tangkap trawl adalah nelayan yang mempunyai modal besar. Penangkapan dengan alat tangkap trawl juga berpengaruh terhadap hasil tangkapan nelayan kecil atau nelayan yang hanya menggunakan alat tangkap biasa. Dan yang lebih menyakitkan lagi, nelayan yang menggunakan alat tangkap trawl bukanlah nelayan setempat, melainkan nelayan dari daerah lain.

Penangkapan ikan dengan menggunakan bahan kimia beracun. Meskipun kegiatan penangkapan ikan seperti ini sudah dilarang, namun kegiatan penangkapan dengan bahan kimi beracun masih terus berlangsung secara meluas di seluruh perairan Indonesia. Penangkapan seperti ini ditujukan untuk penangkapan ikan hias, karena ikan hias mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Ikan hias biasanya lebih suka hidup diperairan yang mempunyai terumbu karang. Penangkapan biota terumbu karang untuk perdagangan ikan hias kalau tidak diatur dengan baik akan menimbulkan kerusakan yang lebih meluas lagi, karena ekosistem masing-masing mempunyai peranan yang tidak bisa dilepaskan antara makhlug yang satu dengan makhlug lainnya.

Perdagangan ikan hias dewasa ini cukup menggiurkan, karena ada species ikan hias yang mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi, sehingga mendorong nelayan untuk menangkapnya, tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan sekitarnya. Ikan hias tidak saja dijual dalam negeri tetapi kebanykan di ekspor keluar negeri, seperti Singapura. Sebenarnya perdagangan ikan hias sangat membantu kehidupan para nelayan, karena mempunyai nilai ekonomiss yang tinggi, tetapi semua itu perlu melihat aspek kelestarian lingkungan peraiaran itu sendiri. Nelayan boleh saja menangkap ikan hias untuk menopang kebutuhan hidup sehari-hari, tetapi jangan sampai membunuh ikan lainnya ataupun merusak kehidupan terumbu karang tempat ikan-ikan tersebut bermain.

Jenis kegiatan aktifitas manusia lainnya yang juga dapat merusak kelestarian terumbu karang adalah penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak. Penangkapan seperti ini justru akan mengakibatkan kematian ikan yang terkena ledakan. Padahal nelayan biasanya hanya membawa ikan-ikan yang berukuran besar saja, sedangkan ikan yang ukuran kecil (yang tidak bernilai ekonomis) dibiarkan begitu saja. Disamping itu akibat getaran ledakan akan mengakbiatkan kerusakan terumbu karang di dalam perairan.

Kegiatan lain yang juga mengakibatkan kerusakan terumbu karang adalah kegiatan wisata bahari. Memang tak dapat dipungkiri,keindahan taman bawah laut yang dipenuhi oleh terumbu karang telah menyundang wisatawan untuk menikmatinya, terutama wisatawan mancanegara. Salah satu keindahanny panorama bawah laut yang dimiliki oleh Indonesia, adalah keindahan taman bawah laut Pulau Weh dan Takabone Rate. Obyek wisata bahari tersebut telah menarik berbagai wisatawan manca negara untuk menikmatinya.

Namun tanpa kita sadari, kegiatan wisata bahari juga merupakan penyebab terjadinya kerusakan terumbu karang. Kerusakan terumbu karang bukan disebabkan oleh para turis yang meilihat keindahan bawah laut, tetapi justru disebabkan oleh guide itu sendiri yang melempar sauh sampan sembarangan. Bahkan para turis lebih peduli terhadap kelestarian terumbu karang, karena mereka tahu akan manfaat dari terumbu karang itu sendiri. Dan yang lebih merusak lagi akan kelestarian terumbu karang adalah pengambilan karang itu sendiri oleh nelayan. Hal ini dimaksudkan untuk dijual sebagai cendera mata kepada wisatawan.

Meskipun aktifitas yang dilakukan manusia telah banyak merusak kelestarian terumbu karang, namun pemerintah dan LSM telah berusaha untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu usaha yang dilakukan adalah membentuk Program Laut Lestari. Pemerintah juga sudah melakukan kegiatan program rehabilitasi dan pengelolaan terumbu karang atau Coral Reefs Rehabilitation Management Program (Coremap) yang bertujuan untuk mencegah terjadinya degradasi lebih lanjut dengan jalan menyadarkan masyarakat pengguna dan mencarikan pendapat alternatif untuk mengurangi tekanan terhadap ekosistem terumbu karang. Namun upaya tersebut belum sepenuhnya menghentikan aktifitas yang dilakukan oleh nelayan, karena pada dasarnya nelayan bukan tidak tahu bahwa apa yang mereka lakukan merusak kelestarian terumbu karang, tetapi lebih didorong oleh upaya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Salah satu alternatif untuk menyelamatkan kelestarian terumbu karang adalah dengan memberikan sanksi yang tegas terhadap usaha pengrusakan yang dilakukan oleh manusia, karena tanpa adanya usaha seperti ini dikhawatirkan kelestarian terumbu karang pada masa yang akan datang akan terancam punah. Karena pada dasarnya, konsep pembangunan yang berkelanjutan adalah memanfaatkan potensi yang ada tanpa merusak kelestarian pada masa yang akan datang. ***